25.11.13 | By: Indah Ayu Septriyaningrum

Itu Lah Kenapa "Bertanggung Jawab" itu Jadi Point Penting

Assalamualaikum

Sore itu, aku dan sahabatku numpang kerja kelompok di laboratorium komputer. Yang kebetulan asisten lab nya juga temen kami, inisial "W". Ga ada angin ga ada hujan. Tiba-tiba dia datengin kami dan memberikan beberapa pertanyaan sensitif kepada kami. "Katanya" sih buat survey. Ya karena kami cukup kenal dia, ya kami ladenin kan ya. Awalnya sih biasa aja, taunya pertanyaannya sesuatu sekali -_-

Kurang lebih sih begini:
1. "Berapa 'mantan' yang kalian punya?" 
2. "Sejak kapan kalian kenal 'pacaran'?"
3. "Pendamping hidup yang baik menurut kalian?"

Oh men -_-
pertanyaan macam apa ini.

Nah, berhubung topik pembahasan tulisan kali ini adalah :

"BERTANGGUNG JAWAB"

Jadi itu lah jawaban dari pertanyaan nomor tiga. No 1 dan 2 nya cukup kami yang tau. haha
Why BERTANGGUNG JAWAB ?
Kenapa?

Ya ini sih dari sudut pandang aku sih ya, setiap individu kan punya sudut pandang yang berbeda-beda. Nah, kalau menurutku "Bertanggung Jawab" itu satu kata yang sifatnya "mobile". Ga percaya? Sini aku terangin (ga pake nyalain lampu dulu kok :p ). Sebelumnya aku perjelas dulu, point ini adalah point utama. Ya, POINT UTAMA tapi BUKAN POINT TERUTAMA. Lah point terutamanya ada lagi Ndah? Ya yang ini sih klise, relatif, umum, POINT TERUTAMA nya ya tentang IMAN. Udah cukup ya, entar malah kemana-mana nih ga fokus ke "bertanggung jawab" tadi. Kembali lagi kebahasan awal. Antara point utama dan point terutama tadi pun punya benang merah. Ya, karena jika seseorang itu adalah orang yang bertanggung jawab. Ia pasti bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Ia pasti bertanggung jawab atas keluarganya, nama baiknya, martabatnya, agama, bangsa bahkan negara nya. Benar? 

Bertanggung jawab atas diri sendiri merupakan level awal dari "pantas" tidaknya seseorang itu diberikan kepercayaan. Jika ia mampu bertanggung jawab atas dirinya, ia pasti akan membangun jati dirinya menjadi sosok luar biasa. Ga perlu luar biasa dimata dunia. Minimal ia sudah cukup luar biasa bagi orang-orang disekitarnya. Bagi orang-orang yang menyayangi nya. Bertanggung jawab terhadap diri sendiri itu contoh simplenya ya bersyukur atas apa yang sudah Allah beri. Misal badan, jika ia bertanggung jawab ia tidak akan "merusak" badan nya dengan yang tidak bermanfaat bahkan merugi. Sebut saja rokok dan lain sebagainya.

Jika ia pribadi yang bertanggung jawab, ia pasti bertanggung jawab atas pilihan hidupnya. Pilihan hidup sebagai seorang muslim misalnya. Itu artinya sudah seharusnya ia menjadi seorang yang takwa. Ya, menuruti segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Bukan sekedar mengetahui teorinya saja. 

Jika ia cukup mampu bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Insya Allah itu pertanda ia mampu bertanggung jawab atas keluarganya. Semisal bertanggung jawab sebagai anak yang baik, menyenangkan, pendamai diantara keluarganya. Menjadikan kehadirannya laksana bintang ditengah hamparan langit malam. Menjadikan dirinya laksanan oase ditengah gurun pasir yang kering dan panas.

Jika ia sudah mampu bertanggung jawab atas keluarganya. Itu artinya sudah semakin banyak saja "point percaya" yang diberikan orang lain bagi dirinya. Itu artinya tidak menutup kemungkinan banyak "orang lain" lainnya yang juga menaruh rasa percaya terhadap dirinya. Nah, ketika ia berada diposisi ini. Seharusnya ia mampu membuktikan bahwa ia pantas dipercaya. Disini pula ujian "bertanggung jawab" itu diberikan kepadanya. Dengan catatan apapun yang dipercayakan orang lain itu memang mampu ia laksanakan. Karna jika ia memaksakan diri menyanggupi apa yang diujikan padanya sedangkan kemampuannya tidak mencukupi. Justru point "tanggung jawab" itu akan berbalik menjadi "lalai". 

Jika pun ia memilih pasangan hidup, dan jika ia "bertanggung jawab". Sudah pasti ia akan selalu berusaha membahagiakan pasangannya sampai ajal menjemput. Sudah pasti ia akan merubah rumah mereka layaknya surga. Penuh dengan kebahagiaan. Diselimuti kedamaian. Canda dan tawa sebagai perenyah suasana kebahagiaan. Emm, tapi jadi catetan pribadi ku nih. Bertanggung jawab sih boleh, tapi bukan berarti karena sanggup bertanggung jawab terus enteng banget buat poligami ya. Is A NO! *for me -_- Ya mungkin aku izinkan, itu pun KALAU yang jadi target keduanya udah renta dan perlu perlindungan. Plis deh ya jangan jadikan cerita nabi untuk alasan poligami. Iya sih iya ngikutin nabi, tapi iya gitu artinya milih yang cantik muda sehat bahkan masih sanggup bertahan sendiri tanpa perlindungan? Nabi punya alasan tersendiri untuk poligami. Mari kita beri judul "Ketika 'nafsu' menjadi alasan dari pembenaran diri" #ppffft Kalau bener iya, serius.. sama sekali bukan termasuk yang "bertanggung jawab". Leave him! 

Nah, jika ia bisa membuat cap "bertanggung jawab" pada dirinya sendiri. Calon mertua mana yang akan menolak anak nya dilamar dengan seseorang yang bertanggung jawab? 
Ya kan? That's why..kenapa jawaban dari pertanyaan no 3 tadi adalah "BERTANGGUNG JAWAB"



Itulah tadi beberapa hubungan kenapa "bertanggung jawab" itu jadi point penting. Sebenernya sih masih banyak lagi hubungan lainnya. Semisal jika ia bertanggung jawab terhadap lingkungan ia pasti ga akan buang sampah sembarangan. Atau, jika ia bertanggung jawab terhadap peraturan..ia pasti ga akan menerobos lampu merah apalagi korupsi! . Jika ia bertanggung jawab, ia pasti akan menepati janji nya. Dan masih banyak lagi lah contohnya :)

Ya semoga kita bisa menjadi pribadi yang bertanggung jawab ya :)
Kamu sendiri yang akan menciptakan "cap" yang ada pada dirimu dimata orang lain.
Ini bukan berarti pencitraan diri, tapi memang untuk membuat pribadi yang berkualitas.
Ga perlu nunggu orang lain "mandang" kita baru kita bertanggung jawab. Semua dimulai dari sini. Iya. Niat dari hati yang tulus untuk memperbaiki diri. 

Selamat bermalam selasa :)
Wassalam
16.11.13 | By: Indah Ayu Septriyaningrum

Jangan Liat Sampulnya


Assalamualaikum

Dear, you.. yes you..
Malam ini malam minggu, berarti tadi pagi adalah Sabtu Pagi :)

Sesuai judulnya, malam ini saya akan menceritakan alias mengeluarkan aspirasi dan apapun lah itu namanya yang saya rasa, pikir dan alami baru-baru ini.

Hmmm, jadi begini. Blak-blak-an aja lah ya. Ternyata eh ternyata, usut punya usut. Saya melihat dengan mata kepala sendiri. Bukti dari "kita tuh sebenernya ga bisa nilai orang lain cuma dari luarnya doang". Dia yang tampak diam, bukan berarti ga punya aspirasi. Dia yang tampak cerewet juga ga selalu pinter. Dia yang tampak baik juga belum tentu tulus. Dia yang tampak tegar juga bukan berarti bebas dari galau. Ya begitulah teorinya. Dan hari ini saya membuktikannya ~ #tssah

Suatu ketika, saya memiliki sahabat-sahabat yang nano-nano. Why? yaiyalah. Mereka itu abstrak. Pada dasarnya baik, tapi banyak bumbunya. Ada yang selengean, ada yang baung alias playboy tapi niat insyaf (ga tau deh kapan realisasinya), ada yang kecanduan sama pevita pearce, ada yang ide nya banyak banget sampe susah nampungnya, ada yang lola, ada yang tomboi, ada yang plestek. Tapi pada dasarnya mereka itu baik :)

Ternyata, dengan penilaian pribadi mereka yang seperti itu.  ga pernah nyangka, kalau diumur sekarang mereka udah mikir jauh banget kedepan. Banget. Saya ga nyangka aja, dengan keseharian mereka yang begitu, dengan cap yang terlanjur melekat diotakku tentang mereka yang begitu ternyata tersimpan rencana-rencana luar biasa dibalik kekanak-kanakan sikap mereka selama ini.

Berbelit-belit banget kamu mah Ndah. Ahahaha..sengaja :P
Oke, jadi gini. Semua dimulai dari :
Tadi pagi, kebetulan ada acara organisasi yang saya dan sohib-sohib seperjuangan harus hadiri. Jadi, ketemulah kami ditempat itu. Biasa, diawali dengan keusilan mereka yang selalu ga pernah bosen-bosennya mancing saya, atau ngegodain saya soal asmara. Haha...ya mereka selalu bilang "Kami tu bakal berhenti kalau kamu beneran tebar undangan Ndah" -__-
Oke, SKIP!

Kemudian, karena perut mulai keroncongan. Pindahlah tongkrongan kami ke kantin. Yiihaa..
Awalnya seperti biasa, canda tawa lagi diantara kami. Namun, mendadak suasana berubah serius ketika salah satu diantara kami mulai berbicara dengan mimik serius. ASLI

Awalnya, kami kira becanda lagi. Ternyata asli serius. Kenapa? Ya gimana ga serius kalau perbincangannya tentang "NIKAH". OH GOD :")
Saya ga pernah nyangka diumur segini (20) mereka kepikir sampai kesana loh, saya pikir mereka masih males mikir kesana, masih mau bebas, masih ga mau meribetkan pikiran untuk pikiran yang seperti itu. Ternyata, ga nyangka. Dengan mimik serius, dia cerita kalau dia serius. Kalau dia punya prinsip hidup ditahun ke-2 sampai ke-3 kuliah, dia akan mulai berpikir serius. Bahkan dia mulai "menabung" yang katanya buat modal nikah dari sekarang. Ya, taulah biaya nikah itu ga murah. Apalagi suku kami "Jawa" yang biasanya memang seharian acaranya. Katanya sih, Insya Allah tabungannya akan cukup dipakai modal nikah untuk 3-5 tahun mendatang..Ga sampai disitu, bahkan dia sudah punya rencana gimana caranya dia nanti membuat jodohnya terkesan saat hari itu tiba..siapapun jodohnya nanti  :')


Memang, pernikahan itu butuh modal yang banyak. Ga cuma materi, tapi juga mental. Kesiapan dan kematangan kedua insan manusia tersebut juga harus pasti. Pernikahan bukan sekedar main uno, main monopoli apalagi domino. Bukan! Pernikahan juga bukan sekedar pembuktian yang sering dibilang "CINTA". Pernikahan ga sebatas hanya menyatukan 2 sikap dari 2 individu, bukan hanya menyatukan sifat 2 individu, tapi juga menyatukan 2 keluarga, 2 adat, 2 istiadat, 2 keyakinan, 2 paham, 2 tradisi yang kesemuanya berpotensi memiliki tingkat perbedaan yang signifikan. Dan menyatukan kesemuanya itu bukan hal yang gampang. Ciyus! Saya apresiasi bagi kalian yang berani memutuskan untuk melangkah ke jenjang ini (baru dapet undangan nikahan temen lagi tanggal 24 November 2013 -_- ) . Artinya, kalian punya keberanian yang besar. Dan saya yakin, kemantapan, kesiapan, dan yang terpenting rasa berani TANGGUNG JAWAB kalian terhadap keputusan ini sudah 100%. Barakallah :)

Kembali ke kantin..
eh, kembali ke cerita dikantin tadi..

Percaya ga? Ada 3 orang perempuan yang waktu itu ada disitu, sedang memperhatikan cerita si empunya cerita hidup (termasuk saya) yang secara ga sengaja menitikkan air mata haru. Sweet banget, jarang banget saya temuin laki-laki sepantaran saya yang punya pikiran sejauh itu. Seterencana itu. Ya saya tau itu baru rencana, tapi saya mengapresiasi rencananya. Seengganya itu membuktikan kalau dia punya rencana masa depan, yang memang matang dia persiapkan untuk masa depannya. Padahal belum tau siapa jodohnya. Ya faktanya, wanita memang lebih sensitif soal "gitu"-an . Tapi saya ga pernah heran kalau dijangka umur yang sekarang (20-25) tahun bukan hal yang aneh lagi kalau perbincangan antara perempuan itu tentang pernikahan. Ya terang aja, itu kan kisaran umur ideal wanita #eeaaa. Yang saya heran ya temen saya ini, jarang loh laki-laki umur segini udah mikir sejauh itu. Rata-rata masih mau menikmati hidup, masih cari jati diri, masih menomor sekian kan hubungan, masih besar rasa takut nya. Masih ga mau dipusingkan dengan makhluk yang dinamakan "wanita" (kecuali main-main atau sekedar status). Ga percaya? Coba datengin temen cowo kamu yang kamu cap sebagai "playboy" atau ya yang selengean gitu.. rata-rata pasti akan bilang "Ya ampun, jauhnya sudah omongan. Kebeletnya kalian" ~ lalalala :p

Salut deh buat kamu, ga nyangka loh pikiranmu sampai kesitu. Semoga apa yang kamu tuju tercapai ya :)
Semoga berhasil menjemput "bidadari" yang kamu mau
Semoga lekas halal, Insya Allah niat baik ada jalan-Nya :)
Semoga modal nikahnya cepet terkumpul, jadi kami cepet dapet undangan ya :D
Cepet kasih keponakan saya, ahahaha :D
Jadi, kalau saya yang naik pelaminan kamu udah ngegandeng istri,
Si istri ngegendong keponakan saya ^ . ^

Senyuman kalian, bahagia saya :)
Aamiin 

Wassalam
9.11.13 | By: Indah Ayu Septriyaningrum

Tentang yang Bersungguh-sungguh

Assalamualaikum ^ ^

Long time no see ya..
Sorry sedang berperan jadi miss busy. Haha
Duh, sebenernya banyak banget episode hidup saya yang mau saya bagi.
Tapi... oke deh secara umum aja lah ya :)

Mulai dari mana? Ok deh.
#Chapter1
Ini tentang amanah organisasi. Beberapa waktu yang lalu. Saya dan rekan satu tim saya diamanahi untuk menjadi tim sukses beberapa perlombaan yang diadakan di kampus. Sebut aja mading 3D, Stand Himpunan di Expo Fakultas, dan Paduan Suara Himpunan yang kesemuanya tadi diperlombakan.
Singkat cerita, Alhamdulillah Ya Allah
Semuanya dapet juara :)
Dan saya benar-benar merasakan "NYATA" nya kalimat ini "Berhasil itu adalah untuk mereka yang bersungguh-sungguh". Sesuai lah menurut saya dengan apa yang sudah kami usahakan :

-Mading 3D kami buat dalam waktu semalam sampai ga pake acara tidur loh (ada sih, dikiiit) haha
( maaf banget ga nemu foto yang kece, jadinya yang udah agak kumel ini -_- )

-Stand Himpunan juga, ide konsep crew sampai pengerjaannya paket kilat! sama, ini bikin jam tidur kami porak-poranda #halah


-Paduan Suara-begh! yang ini paling kerasa EXTREME TEAMWORK nya. Ga usah panjang lebar lah ya, dengan berbagai konflik yang terjadi, yang secara nyata ga pernah kami mau kami harus memulai dari 0 lagi kurang dari H-14. Dari NOL. Baik tim vokal, kostum, konsep, semuanyaaaa. Jujur bagi saya pribadi, bisa mempersembahkan paduan suara ini.. menampilkannya diatas panggung pun sudah syukur. Apalagi terpilih menjadi salah satu juara.
(Tim Padus Himakom FMIPA Unlam 2013)

(indah *me, iphai, anis)

Tim nya pun itu itu aja, haha.. thanks a lot for my best partners iphai , sipaisan, aa ,wahyu dan bantuan dari rekan-rekan lainnya yang ga bisa disebutin satu-satu yajit, putu, ajin, aldi dan lain-lain. Ah kalian memang tim super! Kita ngonsep bareng, tuker ide, nyari bahan kesana-kemari sampai sampai saya di gelarin "The Queen of Kardus" gara-gara selalu dapet jobdesk nyari kardus -_-. Ngebagi waktu antara kuliah dan ngerampungin projek ini, begadang sama-sama sampai subuh, makan bareng, sholat berjamaah bareng, ketawa bareng, pusing bareng, stress bareng...aaaaaa bener2 tim super lah!
Lagi-lagi Allah kabulkan doa kami, walau KETULUSAN itu ga selalu dinilai TULUS oleh orang lain :')


#Chapter2
Lets talk about "hidup"
Santai bung, ga bakal berat kok. Yah, ini  sih berdasar apa yang saya liat, saya amati, saya pikir dan saya rasa :)
Kalau ada yang nanya ada orang yang hobby nganalisa kehidupan? saya bakal acungkan tangan. Haha
Why? Ya emang faktanya begitu. Kalau kesibukan mulai menjauhi waktu yang saya punya, pasti aja deh ada aja terlintas pikiran A-Z. Salah satunya ya tentang kehidupan.
Menurut kamu, dosa ga sih punya masa lalu yang kelam?
Banyak mereka yang enggan beranjak dari kehidupan yang dikelilingi "dosa" karena memang merasa sudah terlalu banyak punya "dosa" atau karena benar-benar enggan lepas dari "dosa" (dosa memang ga bisa dijamin lepas sih, karena manusia memang ga sempurna).
Tapi, menurut saya pribadi ya, justru orang-orang yang berpikir begitu yang merugi.
Begini, menurut saya... ga ada UU atau aturan atau kutukan yang menyebutkan orang-orang yang punya masa lalu yang rusak atau kelam itu ga akan pernah bisa bahagia atau mendapatkan hal baik dimasa depannya.
Selama ada niat dan tekad kuat, seseorang pasti bisa merubah hidupnya. Sekalipun dia berada diposisi "minoritas" diantara "mayoritas" yang berupa godaan yang setiap waktu menguji komitmen nya untuk berubah.
Ya, perlu ditegasin dulu nih. "berubah" disini konotasi nya positif loh ya :)
Tapi ga dipungkiri sih, banyak banget godaan yang bisa melumpuhkan komitmen.
Terus? apa yang harus dilakuin kalau gitu. Perkuat benteng mu :)
Ini keyakinan yang saya pegang, saya memang ga sempurna, juga ga selalu benar, saya juga pernah atau bahkan masih lalai. Karena nya sampai detik ini pun saya terus berusaha untuk memperbaiki apa yang ada pada diri saya. Saya selalu meyakinkan dihati "saya berubah, saya ingin berubah, saya akan terus berubah" dan apapun yang terjadi tidak akan pernah meggoyahkan keputusan saya. Kalaupun lingkungan saya tidak mendukung, saya akan terus mempertahankan apa yang saya yakini dan apa yang saya mulai. Misi saya adalah membawa orang-orang disekitar saya dalam kebaikan. Setidaknya saya bisa memberikan pengaruh positif disekitar saya. Walaupun mereka tidak berubah, setidaknya saya sudah mengajak dan memberitahu yang baik. Dan jangan sampai justru saya yang terpengaruh dan goyah tentang apa yang saya ketahui dan yakini saat ini. Semuanya hanya karna 1 alasan, saya terlanjur menyayangi mereka. Saya akan terus memperbaiki diri walau saya tau prosesnya pun panjang, dan harapan saya, semoga mereka bisa merasakan apa yang saya rasa, apa yang seharusnya mereka dekati dan apa yang seharusnya dijauhi, apa yang pantas dan apa yang tidak pantas, apa tujuan hidup mereka dan apa yang seharusnya dilakukan untuk menggapai tujuan tersebut. Semoga, kita dipertemukan kembali di surga-Nya kelak :)

Aamiin